LELAKI ZENITH: filsafat
Bahkan Batupun Bisa Menjelaskan Keberadaan Tuhan

Bahkan Batupun Bisa Menjelaskan Keberadaan Tuhan

Bahkan Batupun Bisa Menjelaskan Keberadaan Tuhan
Tidak percaya? Okay sekarang temen-temen ambil sebuah batu. Bila misalkan saat menyimak video ini temen-temen sedang tidak memungkin untuk mengambil sebuah batu. Hadirkan batu itu di pikiran temen-temen. Sudah ? Jika sudah

Mari kita pecah batu yang ada dalam pikiran kita itu menjadi krikil. Kemudian krikil itu pecah lagi hingga tak tersisa materilnya
Okay katakan saja sekarang ia telah berubah menjadi molekul. Kemudian molekul kita pecah lagi, kita urai lagi, hingga ia akan menjadi atom.

Atom itu urai lagi, hingga sampai pada titik intinya
Dalam inti atom ini sudah terdapat sesuatu yang bergerak dan hidup temen-temen
Benar tidak?

Oke mungkin ini belum bisa membuktikan keberadaan Tuhan yang tunggal. Sebab atom itu terdiri dari dua unsur yaitu neutron dan proton.

Baiklah mari kita lanjut
Neutron dan proton itu kita urai lagi Hingga menjadi kuantum
Kuatum ini bukan lagi sebuah materil temen-temen
Tetapi zat yang hidup di alam energy, alam kuanta
Zat kuantum ini kita urai lagi
Maka sampailah kita kepada eter
Dalam buku memerikasi alam kebenaran HOS cokro aminoto
Dijelaskan di sana eter adalah suatu energy yang hidup yang tidak tersusun oleh zat apapun
Ia tunggal, ia hidup dan akan terus hidup selama-lamanya
Pertanyaan saya, zat apakah yang tunggal dan hidup hidup selama-lamanya?
Silahkan temen-temen jawab

Lalu bagaimana dengan diri kita
Batu saja yang selama ini kita anggap benda mati
Terdapat sesuatu yang hidup dan abadi
Apalagi kita yang jelas-jelas bukan benda mati

Sampai jumpa

[yotuwp type="videos" id="o4lNKuEAk3w" ]
Hidup itu petualangan atau perjuangan | Perumpamaan seorang pendakigunung

Hidup itu petualangan atau perjuangan | Perumpamaan seorang pendakigunung

Bagi saya hidup itu adalah petualangan bukan perjuangan, karena jika hidup itu perjuangan, saya sampai hari ini tidak tau apa yang sebenarnya sedang saya perjuangkan.

Bukankah Takdir hidup kita ini sudah digariskan sama Tuhan. Sedih, susah, bahagia, marah semua  itu sudah ditentukan dan sudah kita sepakati dahulu, selagi di zaman azali. Tuhan hanya tidak memberitahu kita, bagaimana, kapan dan bersama siapa susah, sedih, dan bahagaia itu akan kita lewati

Hiudp ini Ibarat pertualangan mendaki sebuah gunung. Sadar ataupun tidak. Gunung itu terjal, ada banyak peluang kaki kita akan terpeleset dan kemudian terjun ke dalam jurang. Tapi walau demikian. Ada jutaan, bahkan puluhan juta orang penasaran dan ingin bertualang mendaki sebuah gunung.

Jalur-jalur menuju puncak gunung itupun,  biasanya sudah ditentukan. Lalu apa yang mesti diperjuangkan jika jalurnya saja sudah ditentukan. Tidak ada temen ! Ikuti saja. Cepat atau lambat pasti akan sampai tujuan.

Di perjalanan, benar ada  juga orang-orang yang kita lihat kelelahan, kehabisan makanan dan minuman. Itu sudah lumrah bagi seorang petualang.  Bahkan beberapa kawan kawan mungkin mengalami nasib yang tidak sama dengan yang lain. Apapun itu seorang petualang sejati tak boleh cengeng.  Sadari bahwa segala sesuatu yang kita jalani adalah petualangan. Pahit manisn yang kita jumpai di perjalanan adalah bumbu romantisme petualngan kita. Jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, maka disanalah akhir dari segala petualangan kita.

Dilain waktu, tidak sedikit juga yang nekat mendaki puncak gunung tanpa melalui jalur-jalur yang sudah ditentukan  Biasanya orang-orang seperti itu akan mendapat sebutan  orang gila, edan, kurang kerjaan, dan seterusnya.

Seperti Rumi, Hallaj, Syeikh Siti Jenar, mereka adalah para pendaki yang nekat mendaki puncak tanpa melalui jalur-jalur yang sudah ditentukan. Tidak heran mereka pada masa hidupnya disebut sebagai orang gila, edan, dan kurang kerjaan.

Orang orang yang menuduh gila dan kurang kerjaan terhadap 3 sufi yang saya sebutkan tadi, adalah orang orang yang tidak tau, bahwa orang-orang yang mendaki gunung tanpa jalur ‘yang sudah ditentukan’ itu adalah orang-orang yang memiliki kwalitas iman pertualangan yang tidak sembarang. Bahwa para pendaki semacam itu sudah terbiasa dengan (syariat) atau aturan main jalur pendakian yang sudah ditentukan. Iya gk?

Lah saya gk mungkin akan nekat mendaki sebuah gunung tanpa jalur, jika saya tidak  terbiasa mendaki gunung leawt jalur resmi yang sudah ditentukan.

Yang terakhir temen-temen

Dari segala janji janji manis puncak yang akan kita daki dari sebuah pertualangan. Seorang petualang sejati pasti tau bahwa bukan puncaknya yang mejadi akhir dari segala perjalanan. Tetapi yang menajdi akhir dari segala perjalanan adalah pulang ke rumah yang terkasih

Gk percaya? Tanya kepada setiap para pendaki. Apa tujuan dari segala petualangannya mendaki  gunung. Pasti jawabannya adalah pulang ke rumah dalam keadaan lengkap dan selamat.

Sampai jumpa

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *